Petik Hikmah - Jika kita hanya berbuat baik pada orang-orang yang baik pada diri kita,atau berbuat baik pada orang - orang yang memberi keuntungan pada diri kita saja,lalu di mana pembuktian kita sebagai seorang muslim yanng menjadi rahmat bagi seluruh alam?
Saat ini banyak orang yang makin individulis, apatis, berkata "bukan urusan saya" dan tak mau tahu pada apa yang dianggapnya tak penting baginya, atau tak memberi keuntungan.
Jika ada orang yang berbuat buruk, maka ia enggan berbuat baik pada orang tersebut. "Buat apa saya baik ke orang yang jahat?"
Padahal jika mau berkaca pada Rasulullah, beliau bahkan bersikap baik pada orang yang menghinanya dan melemparinya batu. Beliau justru mendoakan hidayah bagi orang-orang yang telah menyakitinya. Bukankah kita mengakui Rasulullah sebagai teladan?
Jangan-jangan kita membaca qur'an tanpa peduli artinya? Apakah khatam quran tiap bulan hanya sebagai setoran kewajiban belaka? Bukankah sangat banyak ayat quran yang menyatakan bahwa Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik? Mengapa kita enggan dicintai Allah dan memilih untuk berbuat tergantung makhluk yang kita hadapi.
"Kalau dia baik yaa saya baik, kalau dia jahat yaa saya juga akan jahat ke dia!"
Prinsip siapakah yang kita pakai? Bukankah binatang peliharaan pun memakai prinsip ini? Apakah kita tidak ingin memiliki derajat lebih tinggi dari binatang?
Dalam sebuah ayat, Allah menyatakan kita untuk berbuat baik sebagaimana Allah berbuat baik pada diri kita. Bukankah kita tak selamanya baik dan adil pada Allah? Tapi Allah selalu baik dan adil pada kita.
Maka, mari belajar berbuat baik sebagaimana yang Allah contohkan pada hambaNya.
No comments:
Write comments